Selasa, 02 November 2010

Agama UTS

--MANUSIA--
MANUSIA DAN BUDAYA
MANUSIA MAKLUK SOSIAL

--ETIKA HINDU--
*TRI KAYA PARI SUDHA
Tri Kaya Parisuda artinya tiga gerak perilaku manusia yang harus disucikan,
yaitu berpikir yang bersih dan suci (Manacika),
berkata yang benar (Wacika) dan berbuat yang jujur (Kayika).
Dari tiap arti kata di dalamnya,
Tri berarti tiga; Kaya bararti Karya atau perbuatan atau kerja atau prilaku; sedangkan Parisudha berarti "upaya penyucian".Jadi "Trikaya-Parisudha berarti "upaya pembersihan/penyucian atas tiga perbuatan atau prilaku kita".

*TAT TWAM ASIH
pengertian ; aku adalah kamu, kamu adalah aku.

*TRI HITA KARANA
Tri Hita Karana berarti tiga penyebab kesejahteraan. (Tri = tiga, Hita = sejahtera, Karana = penyebab).
Pada hakikatnya Tri Hita Karana mengandung pengertian tiga penyebab kesejahteraan itu bersumber pada keharmonisan hubungan antara:

*TRI PARARTHA
tri pararta berasal dari bahasa sansekerta, dari kata tri = tiga. Dan parartha = kebahagian, kesejahtran, keselamatan, keagungan dan kesukaan. Tri parartha berarti tiga perihal yang dapat menyebabkan terwujudnya kesempurnaan, kebahagian, keselamatan, kesejahtraan, keagungan dan kesukaan hidup umat manusia.
1. Asih artinya cinta kasih. Umat manusia hendaknya selalu mengupayakan hidupnya dengan berlandaskan cinta kasih dengan sesama
2. Punya (punia) artinya dermawan atau tulus iklas. Seluruh aktifitas hidup manusia hendaknya berlandaskan tanpa pambrih/balasan, karena ketertarikan itu sesungguhnya ia menyebabkan menderita.
3. Bhakti artinya hormat atau sujud. Diantara sesamanya manusia hendaknya saling menghormati, serta tidak melupakan untuk bersujud kehada[an sang pencipta (tuhan).
Ajaran tri parartha itu sudah sepatutnya selalu dipahami dan di amalkan oleh umat manusia, dengan demikian kesempurnaan hidup ini akan menjadi kenyataan. Sebagaimana dijelaskan dalam sloka suci berikut ini
“abdhir gatrani cudhayanti, manah satyena cudhayanti, widyatapobhyam bhratatma, buddhir jnanena cudhayanti” (Menawa dharmasastra,V.109)
Artinya :
Tubuh dibersihkan dengan air, pikiran dibersikan dengan kejujuran, roh dibersihkan dengan ilmu dan tapa, akal dibersihkan dengan kebijaksanaan.
Selain mengamalkan ajaran tattwam asi, catur paramitha dan tri parartha, umat juga patut memahami dan mengamalkan ajaran ethika yang lainya. Dengan demikian hidup ini akan menjadi lebih bermanfaat dimasyarakat.

*CATUR GURU
Didalam etika atau susila agama hindu, ada disebutkan catur guru yang harus kita hormati, dan mempunyai tugas yang sangat berat. keempat guru tersebut adalah :
1. Guru Swadhyaya atau Guru Sejati : Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang merupakan guru sekalian alam, guru yang tertinggi
2. Guru Rupaka/ Guru Raka : adalah orang tua yang melahirkan kita, yang sangat berjasa memelihara dan membesarkan kita
3. Guru Pengajian : Yaitu guru yang mengajar di sekolah atau guru yang memberikan ilmu pengatahuan kepada kita.
4Guru Wisesa : Yaitu pemerintah atau para raja , Guru Wisesa yang baik adalah pemimpin yang selalu berpedoman pada ajaran asta brata, yang terdiri dari :
A. Indra Brata,
B. Yama Brata,
C. Surya Brata,
D. Candra Brata,
E. Bayu Brata,
F. Kwera Brata,
G. Bharuna Brata,
H. Agni Brata.

*CATUR PARAMITA
Catur Paramitha adalah empat bentuk budi luhur
1. Maitri artinya lemah lembut, yang merupakan bagian budi luhur untuk kebahagiaan segala makhluk.
2. Karuna adalah belas kasihan atau kasih sayang, yang merupakan bagian dari budi luhur, yang menghendaki terhapusnya penderitaan segala makhluk.
3. Mudita artinya sifat dan sikap menyenangkan orang lain.
4. Upeksa artinya sifat dan sikap suka menghargai orang lain.


--9 CARA BHAKTI PADA TUHAN--
Mendengar nama dan kebesaran Tuhan
Memuji Kebesaran Tuhan
Ingat pada Tuhan
Melayani kaki tuhan
Bersembahyang dengan arca/pratima
Bersujud pada Tuhan
Bertindak sebagai hamba Tuhan
Menjadi sahabat dengan Tuhan
Enyerahkan diri dengan sepenuhnya pada Tuhan

--MORAL, ETIKA DAN PENERAPANNYA DALAM MASYARAKAT--
NITISASTRA VI.2
Tan Hana Sudharma Manglewiwihang Kasatyan,usren Takep Parajana. Tan hana kawah manglewihanerikang mresa, tiniraraken ikang alinek. Hyang Anala, Surya, Candra, Yama, Bayu satya sira saksyaning tri bhuana. Maradina-maskara hyang Isanekanang bhuwana, satya satyawacana.
ARTINYA;
Tidak ada kewajiban suci yang lebih tinggi dari kebenaran, yang setiap orang wajib menjapainya.Tidak ada neraka yang lebih menyeramkan dari kawah tempat penyiksaan orang-orang bohong, jauhilah kebohongan. Dewa Agini, Surya, Candra, Yama, dan Bayu dengan setia menjaga alam semesta dan menuntun manusia menyembah Tuhan. Mereka tetap memegang sumpah setia itu walau ajal menatang.

Nitisastra II.5
Nora, na mitra manglewihana waraguna maruhur
Nora, na sira satru manglewihana geleng hana ri hati
Nora, na sih mahanglewihana sihikang atanaya
Nora, na sakti daiwa juga sakti tan hana manahen.
Artinya:
Tidak ada sahabat yang melebihi pengetahuan yang sangat tinggi gunanya itu. Tidak ada musuh yang lebih berbahaya daripada nafsu jahat di dalam hati sendiri. Tidak ada kekuatan yang dapat melebihi kekuatan nasib, karena nasib itu tidak tertahankan oleh siapa dan apapun.

--TRI KERUKUNAN UMAT BERAGAMA--
TERJALINNYA HUBUNGAN YANG HARMONIS DIANTARA UMAT SEAGAMA
TERJALINNYA HUBUNGAN YANG HARMONIS ANTARA AGAMA YANG SATU DENGAN AGAMA YANG LAIN
Terwujudnya keharmonisan antara seluruh agama dengan pemerintah

--KERUKUNAN UMAT BERAGAMA--
Kerukunan umat beragama adalah keadaan hubungan sesama umat beragama yang dilandasi toleransi saling pengertian, saling menghormati, menghargai, kesetaraan dalam pengamalan ajaran agamanya dan bekerja sama dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara di dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan pancasila dan UUD 1945.

*Jalur Pembinaan Kerukunan Umat Beragama
Melewati Jalur Pemerintah.
Melewati Jalur Non-Pemerintah.
Organisasi Masyarakat.
Lembaga Keagamaan.

*Tri Hita Karana (tiga penyebab kebahagiaan) yaitu Prahyangan (harmoni atau vertical dengan Tuhan), Pawongan (harmoni atau horizontal dengan sesame manusia), Palemahan (harmoni atau diagonal dengan lingkungan dan alam sekitar

--Pandangan Agama Hindu terhadap Seni--
*Seni adalah sesuatu hasil karya yang dapat diserap dengan panca indra, yang bertujuan untuk menciptakan keindahan.
*David Hume: Keindahan bukanlah kwalitas yang terdapat pada benda-benda itu, maka itu keindahan ada dua jenis yaitu keindahan alamiah dan keindahan arsistik.

*INDAH ALAMIAH : Apabila kalau gagasan di dalam diri dari sesuatu itu dibiarkan tampil dengan cemerlang.
*INDAH ARTISTIK: sesuatu gagasan atau gerakan yang mengalami pengulangan atau coppy dari sesuatu yang sudah ada dalam alam dengan kedalaman dan kekuatan yang sama sekali baru, merefleksi rahasia-rahasia terdalam dari realitas dalam suatu karya seni.

*Macam –macam seni
-Seni pahat/ ukir: patung, relif,ukiran
-Seni lukis: gambar
-Seni nyastra: tulis halus aksara bali, modre,krakah.
-Seni suara: pupuh, kidung, pantun,kekawin, wirama
-Seni gerak : seni tari, wayang,pantomim dll

--TEMPAT SUCI--
*PENGERTIAN TEMPAT SUCI
-Bagi penganut agama tempat suci adalah tempat untuk menghungkan / mengadakan kontak denga yang dipuja/Tuhannya.Disamping tempat suci merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan pengakuan dari Negara mengenai keberadaan agama tertentu

*STRUKTUR TEMPAT SUCI
*BENTUK-BENTUK TEMPAT SUCI
*FUNGSI TEMPAT SUCI
*PELESTARIAN TEMPAT SUCI

*Jasa Empu Kuturan:
Kahyangan Tiga, Sad Kahyangan, Kahyangan Jagat,Kahyangan Catur Loka Pala, Kahyangan Rwa Bineda, Pelinggih,meru,Gedong,

*Pengertian Pura
Kata Pura berasal dari bahasa Sansekerta dari akar kata “Pur” yang berarti kota/ benteng, yaitu tempat yang dibuat khusus dengan dipagari tembok untuk mengadakan kontak dengan kekuatan suci Ida Sang Hyang Widhi Wasa.

**“Bhatara Siwa sira swung, sifat ipun ikang kasar a wujud donya, kaanggap wangun ndi, yen karingkes dados ndi Himalaya, yen karingkes dados meru ndi kadi ning tanah Bali, yen karingkes malih dados titiang.”
Artinya:
Bhatara siwa amat gaib, sifat nyatanya berbentuk dunia dianggap bangunan itu, kalau diringkas menjadi gunung di Himalaya, kalau diringkan lagi menjadi Meru, seperti di Bali, Meru diringkas lagi menjadi diri kita.

**Berdasarkan keputusan seminar kesatuan tafsir terhadap aspek-aspek agama Hindu, telah ditetapkan pemilihan tempat dan penentuan denah untuk membangun tempat suci adalah sebagai berikut:
Memabangun Pemerajan/Sanggah, letaknya di hulu pekarangan rumah.
Pura Desa, sebaiknya terletak ditengah-tengah desa pada tempat yang dipandang suci oleh Krama Desa bersangkutan.
Pura Puseh letaknya di hulu desa.
Pura Desa dan Pura Puseh boleh digabungkan dalam satu areal
Pura Dalem hendaknya letaknya di hilir (teben) desa. Palinggih Prajapati letaknya di hulu sentra.

**Jenis pura
Pura Umum : Jagadnata/Kahyangan jagat
Pura teritorial : Kahyangan Tiga
Pura Fungsional: Subak, melanting, Saraswati, Ulun Danu, Ulun Suwi, Alas Angker, Segara
Pura Kawitan: Pura yang dibangun berdasarkan garis keturunan yang sering disebut Padarman yang merupakan bentuk perkembangan pura Warga atau Pura Klen.


**Pura Berdasarkan Fungsinya
PURA JAGAD: Berfungsi sbg tempat memuja Sang Hyang Widhi dan prabawanya.
Pura Kawitan: sbg tempat suci memuja leluhur(atma Sidha Dewata)roh suci leluhur

**Pura Berdasarkan Karakteristik/Sifatnya
Pura Kahyangan Jagat, yaitu Pura tempat memuja Ida Sang Hyang Widhi dalam segala PrabhawaNya misalnya Pura Sadkahyangan dan Pura Jagat yang lain.
Pura Kahyangan Desa (teritorial) yaitu pura yang disungsung (dipuja dan dipelihara) oleh desa adat
Pura Swagina (Pura Fungsional) yaitu Pura yang penyungsungnya terikat oleh ikatan Swagina (kekaryaan) yang mempunyai profesi sama dalam mata pencaharian seperti : Pura Subak, Melanting dan sebagainya.
Pura Kawitan, yaitu Pura yang penyung-sungnya ditentukan oleh ikatan “wit” atau leluhur berdasarkan garis(vertical genealogis) seperti: Sanggah, Pemerajan, Ibu, Panti, Dadya, Batur, Penataran, Padharman dan yang sejenisnya.